Pernah melihat betapa gigihnya seorang petani?
Bagaimana dengan kesabaran, mereka begitu giat membajak,
menyemai, menebar benih, menanam, menyiram, memupuk,
dalam keadaan dan kondisi apa pun. Panas, terik, hujan, badai,
tak menjadikan mereka berhenti berusaha dan berharap jika nanti
tiba masanya panen hasil terbaiklah yang akan mereka dapatkan.
Ya, terkadang kita mesti belajar dari seorang petani
Betapa istiqomahnya mereka memperjuangkan sebuah pencapaian
Dan begitulah seharusnya aktivis dakwah, yang kita perlukan adalah azzam
dan ikhtiar yang sempurna dengan keyakinan bahwa suatu saat kemengan
dakwah akan datang sesuai yang Allah janjikan
kalaupun tidak pada masa sekarang, dan tidak bisa kita rasakan
setidaknya kita sudah berkontribusi untuk realisasi kemenangan itu,
pada regenerasi setelah kita nanti
Kamis, 12 Juli 2012
Selasa, 10 Juli 2012
Lupakah Kita Amalan yang Allah cinta?
Lupakah Kita Amalan yang Allah
Cinta?
Hidup
terasa begitu singkat jika tak dipahami hakikatnya. Sebagai seorang hamba,
apalagi yang berlebel aktivis dakwah harusnya memilki pandangan dan pijakan
hidup yang tidak biasa. Setiap kita hendaknya menyadari bahwa jatah usia yang
Allah berikan terbatas pada mahkluk-Nya (Q.S Al-Ankabut: ) padahal syurga
adalah yang kita damba. Kita juga tak dapat menebak kapan saatnya ajal tiba,
dan yakinilah bahwa setiap perguliran waktu dosa senantiasa hadir dan mengikuti
tanpa disadari. Lalu apa yang mesti dilakukan? Kita mesti cerdas, cerdas
sebagai hamba, cerdas dalam bertaqwa. Cerdas dalam ibadah dan bermahabbah
pada-Nya.
Kecerdasan seorang hamba adalah
ketika dia beramal, dia begitu faham dengan ilmunya.. nah, perkara ini yang
terkadang tidak begitu diperhatikan, dan sering terlewati dalam rutinitas
ibadah kita. Banyak yang beribadah tetapi belum merasakan kedekatan dengan
Allah, apakah salah pada cara atau niatnya? Wallahu ‘alam. Yang pasti ketika
ilmu senantiasa mengiring dalam amal, akan hadir ketenangan bagi yang
mengamalkannya. Beribadah itu sebuah pembelajaran. Lalu apa hubungannya dengan
keterbatasan waktu hidup manusia di dunia? Jawabannnya adalah kita harus cerdas
dalam prioritas ibadah. Pastikan ibadah kita adalah ahsanul amalah, yang begitu
Allah cinta dan kia pun merasakan hikmahnya. Dengan apa memastikannya? Bi ilmi,
dengan tsaqofah yang ada pada diri kita.
Kita mesti faham, amalan apa saja
yang utama di mata Allah. Berdakwah? Benar, begitu active income pahala yang
diberikan Allah kepada seorang da’i.. pertanyaannya apakah setiap orang
tergerak hatinya untuk menyeru pada kebaikan dan melaksanakan sunnah rasul “ballighu anni walau aayah”, ternyata
tidak. Banyak yang masih merasa nyaman pada posisi ‘objek’ dan tidak sedikit
yang memilih sebagai penentang. Lalu masalahkah itu untuk kader dakwah? Bukan
karena itulah dinamika yang Allah berikan khusus pada penggiat risalah. Yang
jadi masalah adalah diri kita. Yang mengaku aktivis dakwah.
Sadarkah kitalah mungkin yang jadi
penyebab terhambatnya kemenangan dakwah? Terlalu ekstrem mungkin tapi inilah
realita yang melanda. Banyak aktivis dakwah yang amanahnya seabrek, jam
terbangnya tinggi tapi terlalai dalam urusan ruhiyah. Padahal bagaimana mungkin
do’a-do’a kita diijabah, kemenagan dakwah ini akan Allah berikan ketika tak ada
kedekatan kita pada-Nya. Setiap hari berkutat pada amanah, mobilitas haroki
tanpa ada asupan gizi..
Teruntuk aktivis dakwah, pengemban
risalah sadarlah kita yang sedang Allah awasi. Jangan sampai salah orientasi,
sibuk berdakwah hingga lupa amalan yang Allah cinta.
# Dari Abdullah bin Mas’ud Rhadiallahu Anha, dia berkata, "saya pernah bertanya kepada
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi Wa sallam, "Apakah perbuatan
yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada
waktunya." Dia berkata, "Saya bertanya lagi, kemudian apa?"
Beliau menjawab, "Berbuat baik kepada kedua orang tua." Dia berkata,
"Saya bertanya lagi, lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan
Alloh." Maka saya tidak menambah pertanyaan melainkan untuk melaksanakan
dan menjaga hal tersebut.
Shalat
di awal waktu adalah amalan yang begitu Allah cintai ,begitu sabda Nabi. Tapi,
banyak yang lebih memilih ke kantin ketika waktu dzuhur hampir tiba, shalat
ashar mesti diundur karena taujih yang dilaksanakan belum selesai, begitu pun
waktu maghrib di akhir waktu bahkan sering dijama’ karena masih berada dalam
kendaraaan. Allah maha tahu, sungguh Ia maha mengetahui.. Apakah ada ruksoh untuk kita mengundur waktu
shalat? Tidak ada jawabnya. Karena fisik kita bugar, fikiran kita sehat, bahkan
terlebih kita seorang aktivis yang mengemban misi dakwah. Lalu apa beda kita
dengan teman-teman lainny? Bukankah hal yang ditanamkan di awal perjalanan kita
adalah aqidah, ya salimul aqidah.
Bagaimana aqidah yang bersih, baik
akan menghantarkan pada ketenagan hati.. Jangan sampai kita mendalih dakwah
sebagai alasan untuk lalai pada yang fardhu. Jangan sampai orientasi kita
adalah agenda dakwah, bukan ridho-Nya. Jadikan pribadi kita pribadi yang
benar-benar Allah cinta, karena ibadah kita yang optimal dan dakwah kita yang
tak mengenal kata lelah. Mungkin selama ini kita tak sadar, Allah menanti kita
kembali.. Tidak ada rukshoh untuk yang fardhu dan tidak ada komparasi dalam
urusan itu..
- Catatan
ini murni untuk menasihati diri sendiri
My Motivation Words
Bertahanlah kawan.
Jalan dakwah panjang terbentang jauh ke depan
Duri dan batu terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula di dunia
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha Allah
Cinta adalah sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Nikmati perjalannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu
Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya…
Duri dan batu terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula di dunia
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha Allah
Cinta adalah sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Nikmati perjalannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu
Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya…
Jika engkau cinta maka dakwah adalah jihad
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan
Tinggikan kalimat Allah senantiasa
Kerja keras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan
Tinggikan kalimat Allah senantiasa
Kerja keras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan
Bukan pengorbanan
Yang ada hanyalah pembuktian…
Bukti cinta kita pada yang Maha Cinta
Jumat, 06 Juli 2012
Karena Muslimah itu Peduli
Karena Muslimah itu Peduli
Muslimah sosok istimewa yang Allah
ciptakan dengan segala kelebihan. Muslimah lebih Allah cinta jika ia pun
mencintai Allah. Muslimah fitrahnya begitu perasa, maka dari itu muslimah mesti
lebih peka. Ia harus lebih sensitif dan peduli dengan apapun yang dirasa,
dipikirkan serta dihadapinya. Wahai saudaraku muslimah, yang berada di bumi
Allah sadarlah bahwa kita diciptakan sebagai ‘madrasatul ula’. Pendidik pertama dan utama untuk generasi-generasi
berikutnya, generasi yang dinanti-nanti untuk perbaikan negeri bahkan cita-cita
luhur islami. Bagaimana mungkin kita dapat mencetak mujahid robbani andai diri
saja belum baik secara pribadi? Muslimah mesti peduli akan hal ini. Muslimah
harus pandai mengevaluasi dan menata diri. Ya, muslimah harus peduli..
Muslimah
harus peduli
Apakah
ia sudah baik secara pribadi?
Baik
menjaga lisan, menjaga hati dan fikiran. Selalu menjadikan Allah sebagai
pegangan. Mensyukuri nikmat yang diberikan, minimal tidak mengeluh ketika
dihadang ujian kekurangan. Sabar dalam ketaa’an. Jadi yang utama dalam amal
pilihan. Menguatkan azam untuk tetap bertahan sampai jelas pencapaian.
Muslimah
mesti peduli
Sudahkah
menjadi saudara yang baik bagi saudaramu ukhti?
Hingga
tak akan ada lagi nantinya yang berpaling lebih memilih lawan jenis untuk
mencurahkan isi hati, bahkan memprioritaskan ‘mereka’ ketika meminta solusi.
Agar
jangan sampai terulang kembali penodaan ukhuwah yang suci, yang merasa tak
diperhatikan lebih dalam barisan ini.
Karena
mungkin kita belum sadar secara pribadi, sibuk dengan urusan fardhi..
Muslimah
sungguh harus peduli..
Bagaiman
ia menjaga Izzah diri,
Bagaimana
mestinya ia berinteraksi. Kapan saatnya berlembut hati dan tegas dalam
mengambil sikap pribadi. Hingga nantinya tak timbul penyakit hati dan salah
orientasi. Yakinkan diri benar-benar ikhlas ketika menjalankan amanah.
Tetaplah
meluruskan dan perbaharui niat untuk-Nya walau diperjalan sering berpaling
arah..
don’t worry
ukhtii..
Muslimah
ayo peduli..
Sejauh
mana kontribusi kita dalam dakwah ini?
Apakah
hanya menjadi beban atau sekarang sudah bertransformasi sebagai solusi?
Sudahkah
pikiran, harta dan jiwa sepenuhnya diberdayakan?
Hingga
lelah yang diarasa ternyata menjadikan hati kita tenang bahkan saat-saat itulah
yang dirindukan?
Muslimah
pedulikah?
Orang
tua kita, yang sebenarnya menanti bakti dari anak shalihah-nya.
Sampai
saat ini sejauh mana birrul walidain pada mereka?
Mereka
butuh keberadaan kita, merekalah targetan shibgoh
yang utama, adakah waktu luang kita untuk keluarga?
Muslimah
pedulilah..
Mengapa
tak kunjung berubah dan belum istimewa di mata-Nya?
Banyak
muslimah sebelum kita yang begitu luar biasa, menginspirasi. Mengapa tak
ditauladani?
Muslimah
mesti memilih,
Sesempurna
Khodijah
Seistimewa
Maryam
Sekuat
Asiyah
Seikhlas
Fatimah
Secerdas
Aisyah
Se-tsabat
Tsumayyah
Sedermawan
Zainab bint Jahsy
Seberani
Asma’
Semulia
Ummu Sulaim
Atau….
Mulimah
mesti memilih, bukan yang tak pasti
Muslimah
engkau peduli
Muslimah
punya tujuan hidup yang pasti
Muslimah
mesti tahu kapasitas diri.
Muslimah
sadar harus baik dari hari ke hari
Muslimah
sungguh selalu belajar, minal mahdi ilal
lahdi
Muslimah
tak henti mentarbiyah diri….
*Untuk
muslimah sejati, yang peduli merubah negeri
Langganan:
Postingan (Atom)