Pernah mendengar
lagu ini, sebuah nasyid full inspirasi. Pun saat menggores tulisan ini, terus ku
putar-putar ulang mp3nya agar tak sedikitpun kehilangan pesan rasa yang
menggelora. Entahlah pada siapa tepatnya apresiasi ini dihadapkan? Untuk Izzatul
Islamkah? yang lewat suara mereka setiap pendengar terlecuti menjaga kontinuitas
dakwah? Atau aransemennya, atau pada sosok perempuan yang menjelma, muslimah
pilihan Allah yang digelar permata tarbiyah? Semua komponen dalam lagu ini
seakan berharmoni mencipta keselarasan. Yang menyirat makna bahwa ini bukan
senandung biasa, ini adalah lagu istimewa. Ceriteranya hadir menyuguh fakta tentang
seorang insan, tanpa dibumbuh rekayasa.
Menyelam tiap lirik pada lagu ini membuat diri menunduk
dan makin tertunduk. Betapa anggun dalam kesejukan tokoh yang dikisahkan. Walau
terpisah fana tapi gaung dakwahnya tetap mempesona. Ia lah yang menyemai jejak
langkah abadi dalam tiap diri.. Ia yang tangan kanan menggoyang buaian dan
tangan kirinya mengguncang dunia. Ia yang hidup di masa ini tapi semangat
juangnya menyerupai shahabiyah yang membersamai Rasulullah. Ia lah muslimah
yang meletakkan cinta pada Allah di atas segala-galanya. Ia benar potret
permata tarbiyah.
Teringat beberapa waktu yang lalu, dalam forum kajian
muslimah pernah ada yang berkata: “Bagaimana
kita ingin masuk syurga jika tak pernah tahu kisah hidup orang-orang yang Allah
jamin masuk syurga. Belajarlah dari tiap shahabiyah wanita penghulu syurga..
Jika ternyata itu pun masih sulit coba mengambil inspirasi dari muslimah yang
hidup sezaman dengan kita, ialah permata tarbiyah: Almh. Ustadzah Yoyoh Yusroh.”
Iya, terkadang aku pribadi sering berdalih. Menyuguh berbagai alasan susahnya mendekati
pencapaian shahabiyah karena berada pada zaman yang berbeda. Perjalan hidup
Ustadzah Yoyoh menyirat ketegasan, bahwa muslimah bukan yang mencari-cari udzur
melainkan harus memusnahkan udzur. Salah satunya, tak ada penghalang batasan
waktu untuk menjadi muslimah kesayangan-Nya, insyaAllah setiap kita pasti bisa
mencapainya. Beliau telah membuktikannya.
Sejujurnya, saat mendengar lagu ini, mengingatkan kembali
pada sebuah kerinduan. Rindu yang sempat tertahan. Rindu akan sosok permata
tarbiyah. Rindu pada potret muslimah yang mempesona dengan akhlaknya. Dulu,
tujuh tahun yang lalu. Tak kulupa perjumpaan dengan mereka yang sekarang
kusebut juga ‘permata tarbiyah’. Aku lebih dulu jatuh hati pada mereka. Menaruh
kekaguman dan belajar menetapkan standar diri sebagai muslimah. Pada seorang
Ummahat yang punya 3 anak, tak pernah terlambat menghadiri halaqoh bersama
jundi2nya, tampilannya pun selalu rapi dan wangi, ia tak pernah absen dalam
agenda-agenda dakwah. Tiap bersua yang kuharuskan adalah memberi senyum
termanis padanya yang kusebut istimewa. Kemudian aku juga merindukan seorang Mb
yang mengajar bagaimana mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Kalimatnya
yang selalu teringat “Bahwa sebenarnya
mencintai Allah bukan hal yang mudah, kita belajar berproses mencintai-Nya.”
Bukan hanya perkataan lembutnya yang kudamba, tapi hadirnya. Aku selalu ingin
bertemu dengannya, menatap sinar di wajahnya kemudian kadang tak sengaja
mengamati kelopak matanya yang merah, selalu memerah. Seperti kisah sahabat
yang selalu menagis karena takut pada Allah digambarkan matanya seperti
terompah kusuh, hitam merah padam, begitu pun ia. Terlalu sering kuselip
namanya dalam munajat, sebagai washilah. Agar aku bisa sepertinya mencintai
Allah, terkadang jauh berharap melebihi dirinya.
Merekalah bagiku permata, yang sederhana tapi berbuat
luar biasa. Kusebut permata karena mereka memang bercahaya. Aku yang
merasakannya ketika bersama. Selalu memetik hikmah ketika bersua. Benar
berkumpullah dengan dia yang sholehah maka kau tahu bagaimana belajar menjadi
sholehah, kau juga terinspirasi lewat semangatnya untuk menjadi shalehah. Kau
akan selalu menggebu mencapai shalelah.. Kusebut mereka permata karena mereka
tersimpan, tak banyak yang mengenal. Akan terlihat bagi yang mengamati
lekat-lekat. Kusebut permata karena ketika rasa gundah gulana melanda cukup
dengan memvisualisasikan mereka saja menjadikan aku malu jika berlama-lama
terkungkung dalam rasa itu. Mereka permata, yang begitu berharga.
Seringnya terlalu rindu pada mereka. Walau tak dipungkiri
begitu banyak kujumpa permata setelahnya. Sampai saat ini, masih berada di
sekelilingku dan tak dapat kusebut mereka satu persatu. Iya, permata itu kini
begitu banyak Allah tebarkan. Cahayanya bertaburan. Membuat langkah semakin
mantap melewati jalan ini. Begitu besar anugrah yang Ia berikan. Pintaku adalah
agar nikmat perjumpaan dengan mereka tak hanya sebatas di dunia, tapi juga di
akhirat kelak dalam naungan-Nya. Persis seperti pesan terkahir yang ia titip dalam Lagu
Permata Tarbiyah, insyaAllah kita bertemu di syurga. Semoga dipertemukan Allah
di surga-Nya. Narob bun fil jannah.
Ya
Allah tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka sehinga aku layak
bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka ditaman firdaus-Mu
***
Terkadang
dalam cerminan,
Setiap
orang mengutuk kegelapan tapi tak banyak yang berusaha menyalakan terang
Rutinnya
disibukkan pada berbagai tuntutan, nyatanya enggan terdepan dalam keteladanan
Jika
bertemu permata,
Seketika
kita berubah
Semangat
menjadi cahaya walau redup sekalipun
Bergairah
memberi qudwah meski begitu payah rasanya
Berteman
kebeningan qolbi, Istimror ilallah