Selasa, 10 Juli 2012

Lupakah Kita Amalan yang Allah cinta?


Lupakah Kita Amalan yang Allah Cinta?
            Hidup terasa begitu singkat jika tak dipahami hakikatnya. Sebagai seorang hamba, apalagi yang berlebel aktivis dakwah harusnya memilki pandangan dan pijakan hidup yang tidak biasa. Setiap kita hendaknya menyadari bahwa jatah usia yang Allah berikan terbatas pada mahkluk-Nya (Q.S Al-Ankabut: ) padahal syurga adalah yang kita damba. Kita juga tak dapat menebak kapan saatnya ajal tiba, dan yakinilah bahwa setiap perguliran waktu dosa senantiasa hadir dan mengikuti tanpa disadari. Lalu apa yang mesti dilakukan? Kita mesti cerdas, cerdas sebagai hamba, cerdas dalam bertaqwa. Cerdas dalam ibadah dan bermahabbah pada-Nya.
            Kecerdasan seorang hamba adalah ketika dia beramal, dia begitu faham dengan ilmunya.. nah, perkara ini yang terkadang tidak begitu diperhatikan, dan sering terlewati dalam rutinitas ibadah kita. Banyak yang beribadah tetapi belum merasakan kedekatan dengan Allah, apakah salah pada cara atau niatnya? Wallahu ‘alam. Yang pasti ketika ilmu senantiasa mengiring dalam amal, akan hadir ketenangan bagi yang mengamalkannya. Beribadah itu sebuah pembelajaran. Lalu apa hubungannya dengan keterbatasan waktu hidup manusia di dunia? Jawabannnya adalah kita harus cerdas dalam prioritas ibadah. Pastikan ibadah kita adalah ahsanul amalah, yang begitu Allah cinta dan kia pun merasakan hikmahnya. Dengan apa memastikannya? Bi ilmi, dengan tsaqofah yang ada pada diri kita.
            Kita mesti faham, amalan apa saja yang utama di mata Allah. Berdakwah? Benar, begitu active income pahala yang diberikan Allah kepada seorang da’i.. pertanyaannya apakah setiap orang tergerak hatinya untuk menyeru pada kebaikan dan melaksanakan sunnah rasul “ballighu anni walau aayah”, ternyata tidak. Banyak yang masih merasa nyaman pada posisi ‘objek’ dan tidak sedikit yang memilih sebagai penentang. Lalu masalahkah itu untuk kader dakwah? Bukan karena itulah dinamika yang Allah berikan khusus pada penggiat risalah. Yang jadi masalah adalah diri kita. Yang mengaku aktivis dakwah.
            Sadarkah kitalah mungkin yang jadi penyebab terhambatnya kemenangan dakwah? Terlalu ekstrem mungkin tapi inilah realita yang melanda. Banyak aktivis dakwah yang amanahnya seabrek, jam terbangnya tinggi tapi terlalai dalam urusan ruhiyah. Padahal bagaimana mungkin do’a-do’a kita diijabah, kemenagan dakwah ini akan Allah berikan ketika tak ada kedekatan kita pada-Nya. Setiap hari berkutat pada amanah, mobilitas haroki tanpa ada asupan gizi..
            Teruntuk aktivis dakwah, pengemban risalah sadarlah kita yang sedang Allah awasi. Jangan sampai salah orientasi, sibuk berdakwah hingga lupa amalan yang Allah cinta.
Dari Abdullah bin Masud Rhadiallahu Anha, dia berkata, "saya pernah bertanya kepada Rosululloh Sholallahu Alaihi Wa sallam, "Apakah perbuatan yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat  tepat pada waktunya." Dia berkata, "Saya bertanya lagi, kemudian apa?" Beliau menjawab, "Berbuat baik kepada kedua orang tua." Dia berkata, "Saya bertanya lagi, lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Alloh." Maka saya tidak menambah pertanyaan melainkan untuk melaksanakan dan menjaga hal tersebut.

Shalat di awal waktu adalah amalan yang begitu Allah cintai ,begitu sabda Nabi. Tapi, banyak yang lebih memilih ke kantin ketika waktu dzuhur hampir tiba, shalat ashar mesti diundur karena taujih yang dilaksanakan belum selesai, begitu pun waktu maghrib di akhir waktu bahkan sering dijama’ karena masih berada dalam kendaraaan. Allah maha tahu, sungguh Ia maha mengetahui.. Apakah ada ruksoh untuk kita mengundur waktu shalat? Tidak ada jawabnya. Karena fisik kita bugar, fikiran kita sehat, bahkan terlebih kita seorang aktivis yang mengemban misi dakwah. Lalu apa beda kita dengan teman-teman lainny? Bukankah hal yang ditanamkan di awal perjalanan kita adalah aqidah, ya salimul aqidah.
            Bagaimana aqidah yang bersih, baik akan menghantarkan pada ketenagan hati.. Jangan sampai kita mendalih dakwah sebagai alasan untuk lalai pada yang fardhu. Jangan sampai orientasi kita adalah agenda dakwah, bukan ridho-Nya. Jadikan pribadi kita pribadi yang benar-benar Allah cinta, karena ibadah kita yang optimal dan dakwah kita yang tak mengenal kata lelah. Mungkin selama ini kita tak sadar, Allah menanti kita kembali.. Tidak ada rukshoh untuk yang fardhu dan tidak ada komparasi dalam urusan itu..
  • Catatan ini murni untuk menasihati diri sendiri
           
            

1 komentar:

  1. Iko, follow blog sil ye

    silvianasalsabilla.blogspot.com atau di wordpress : silvianasalsabilla.wordpress.com

    keren blog mu :)
    baru kali ini ketemu iko didunia maya...:p

    BalasHapus